Masih Banyak Manusia Berhati Malaikat Disekitar Kita

masih banyak manusia berhati malaikat disekitar kita
masih banyak manusia berhati malaikat disekitar kita

Artikel ini saya tulis sembari menonton pertandingan piala dunia antara Ecuador VS Senegal yang sedikit membosankan dibabak pertama, namun ternyata seru juga dibabak kedua.

Maklum saja, sudah beberapa tahun terkahir saya tidak update, paling hanya beberapa pemain angkatan tua saja yang saya kenal, selebihnya entahlah

Apalagi semenjak sudah tidak bermain PES/Winning Eleven lagi, maklum saja saya banyak mengenal "kemampuan" pemain berdasar ability yang ada pada game tersebut hehe.

Malam Ini Cukup Gerah Dan Membosankan

Perlu adaptasi saat tubuh menempati lingkungan baru, tentu bukan dalam arti sebenarnya, karena memang sudah dari dulu saya hidup didua kota, Bogor dan Jakarta.

Tapi tetap saja, jika sudah terlalu lama tinggal, tentu akan butuh penyesuaian, meskipun hanya sedikit.

Nyeruput Teh Tubruk hangat sudah, makan malam sudah lebih dari dua jam, artinya relatif aman dibawa tidur.

Karena semenjak terkena GERD dan Anxiety, menjadi hal yang "haram" saya lakukan untuk tidur setelah makan, terlebih bila belum 2 jam. 

Oia, mungkin diantara pembaca ada yang juga mengalami GERD & Anxiety, bisa mencoba terapi "Solusi Langit" yang saya jalani, ya meskipun baru 2 kali, Alhamdulillah bisa membaik.

Tinggal satu ritual sebelum tidur yang belum dilakukan, yaitu gosok gigi.

Bogor, Kota Sejuta Angkot

Selasa siang, tanggal 29 November 2022 saya bertolak dari rumah untuk kembali ke Jakarta. 

Imbas dari BBM Naik, alhasil tarif angkotpun naik. Mana banyak banget jurusan angkot di Bogor. Dan sampai sekarangpun saya masih bingung naik yang mana jika harus bepergian menggunakan angkot. 

Dari rumah ke Terminal kudu naik 2 kali angkutan kota, dengan total ongkos 9k rupiah.

Ya meskipun bisa juga naik BisKita (Transpakuan) yang masih gratis. Jadi bisa memangkas ongkos sebesar 5k. 

Semoga kedepannya makin banyak armada dan rute yang dilalui sehingga bisa mengurangi "penghijauan" dikota Bogor. 

Tentu saja dibarengi dengan halte-nya juga, karna kadang jarak antar halte masih terbilang jauh, jadi nanggung kalo tujuan kita berada ditengah-tengah halte tersebut. 

Ujung-ujungnya naik angkot lagi. Sarua jeung bohong atuh.

Namun karena rutenya terlalu jauh, dan takut keburu hujan, akhirnya saya putuskan untuk menunggu Bus AKAP di Yasmin saja.

Masih Banyak Manusia Berhati Malaikat Disekitar Kita

Sekitar pukul 13.20 saya sampai di Yasmin, tempat yang dulunya menjadi check point dari Bus CBU Leuwiliang Tanjung Priok (sekarang sudah berpindah ke SBJ). 

Sedangkan untuk jurusan Bandung - Leuwiliang masih "ngetem" disini. 

Pas sampai, ada 2 orang pemuda dan seorang bapak-bapak. Setelah beberapa lama, akhirnya Bus Bandung pun tiba. 

Seperti biasa, Sopir dan Kenek "ritual" dulu sambil menuggu penumpang yang ingin jajan atau buang air kecil. 

Terjadilah beberapa dialog singkat. Untuk mempermudah saya dalam menulis (maklum penulis amatiran) kita umpamakan saja seperti berikut;

Pak Ujang: Ayeuna ongkos ka Bandung 90 rebu nya?

Kenek: Muhun

Pak Ujang: Ari duit aya sabaraha? 160 pan? Atuh kurang 20 rebu deui.

Udin & Idin: Muhun.

Pak Ujang: Ieu budak ngan aya duit 160, bisa milu teu ka Bandung? Karunya ieu budak teu bisa balik.

Saya: --nyimak--

Kenek: Atuh ongkos namah sami wae 90

Pak Ujang: Kiyeu weh atuh, ku saya tambahan 20rebu deui, tadi duit aya 160 pan? Jadi pas, bisa balik ka Bandung.

Udin & Idin: Haturnuhun pak. sambil berpamitan dan naik ke bus.

Kenek: Eta budak urang Bandung?

Pak Ujang: Iya, duaan ti Bandung kana motor, rek ka Depok urusan awewe. Nepi Depok motorna ditahan ku kaluarga awewe. Bingung rek balik kumaha. 

Saya: --masih nyimak--

Kurang lebih seperti itu percakapan yang terjadi.

Karena percakapannya dalam bahasa Sunda, jadi saya coba terjemahkan secara singkat. 

Jadi ada 2 orang pemuda yang berasal dari Bandung, berangkat ke Depok menggunakan motor, tujuannya ada urusan dengan wanita. Pas sampai di Depok, motor pemuda tadi ditahan oleh pihak keluarga. Akhirnya kedua pemuda itu bingung bagaimana caranya untuk pulang. 

Karena motor ditahan, ternyata mereka jalan kaki dari Depok ke Yasmin untuk bisa pulang ke Bandung menggunakan Bus. Untuk lokasi Depok tepatnya saya gak sempet nanya, karena perbatasan Parung-pun sudah Depok (Sawangan). 

Sebagai bayangan, menurut Google Maps, jarak dari Pasar Parung ke Yasmin sekitar 18,3KM.

jarak pasar parung ke yasmin bogor
jarak pasar parung ke yasmin bogor

Kalo jalan kaki minimal butuh 3 jam lebih. Itu baru itung-itungan Google, faktanya saya yakin pasti lebih dari itu.

Menilai Sesuatu Dari Apa Yang Terlihat

Karena penasaran, akhirnya saya ngobrol dengan Pak Ujang, sedikit mengulang dan menegaskan, karena memang agak sulit juga ngobrol dipinggir jalan. 

Mengenai motor yang ditahan, Pak Ujang juga sempat bertanya kedua pemuda tadi perihal "menghamili anak orang" namun pemuda tadi menjawab tidak. 

Setelah mendengar cerita Pak Ujang, saya tidak mau berspekulasi, karena memang kita hanya bisa menilai dari apa yang nampak saja. Anggap saja semua itu benar adanya, tanpa perlu dipertanyakan terlalu dalam. 

Oke, postingannya akan saya lanjutkan nanti, karena ternyata mata sudah lelah menatap lama-lama didepan layar.

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Masih Banyak Manusia Berhati Malaikat Disekitar Kita"

Posting Komentar

Semua komentar yang masuk saya moderasi, hal ini untuk menghindari spam dan informasi yang tidak berkaitan dengan topik pembahasan.
Silahkan berkomentar dengan bijak.